Sambil menunggu dokter ahli bedah yang katanya mau visit jam 12 atau abis dhuhur, saya iseng saja mengetikan jari jemari saya di laptop merah Sentulfresh ini.
Alhamdulillah… pada jam 11.02 ini stock infus nya sudah habis. Saya panggil suster jaga untuk membuka infus dan melepaskannya. Terus terang sakit itu tidak enak. Mau miring ke kiri salah, mau miring ke kanan salah, mau ke kamar mandi pun serba salah. pokoknya gak ada enaknya.
Setelah infus dibuka, saya menyempatkan diri mengobrol dengan “tetangga sebelah” alias tetangga sekamar saya di kamar 109-110.
Hari ini saya memiliki teman sekamar yang sedang diuji oleh Allah dengan sakit usus buntu. Si pasien adalah Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK, yang saat ini sedang sekolah di kelas 1 SMP di sekolah berkebutuhan khusus di Cibinong.
Sudah lama di adek tersebut, sebut saja namanya Robby, mengidap sakit pada saat kencing. Cuma memang tidak dirasakan dan ternyata Robby masih bisa beraktivitas normal. Robby adalah adalah bungsu dari 3 bersaudara. Setelah lama tidak digubris sakitnya, Robby akhirnya menyerah setelah beberapa hari muntah dan di indikasikan harus operasi usus buntu. Jadilah dia menjadi teman sekamar saya. Orang tuanya berprofesi sebagai Guru SD di Cibinong juga.
Sejak 5 tahun yang lalu, sang bapak sudah memiliki sertifikasi sebagai guru profesional. Dengan sertifikasi ini, nominal gaji otomatis naik sehingga take home pay untuk golongan 4A sudah 5 jutaan. Itu diluar Tunjangan 12 juta yang diberikan per 3 bulan.
Saya senang sekali mendengar profesi guru dihargai sedemikian rupa. Meskipun guru SD, bapak tersebut terlihat santai saja, dan di wajahnya tidak terlihat guratan beban hidup. Saya berbincang intens dengan beliau seputar profesi guru SD dan profesi guru pada umumnya.
Sesekali beliau bertanya soal kesibukan saya sehari-hari. Saya katakan pada beliau, saya ini pengangguran tak kentara. Jadi di bilang bekerja, yaa kerja nya cuma ngecek sana, ngecek sini. Dan kadang-kadang saya “ngoret” rumput yang ada di taman. Saya katakan juga bahwa profesi saya adalah peternak sekaligus petani. Bapak itu tertawa mendengar cerita saya terpatuk ular, hehehe
Saya bangga dengan profesi sebagai peternak. Profesi yang tidak sengaja saya tekuni karena saya menikah dan di amanahkan untuk mengurusi farm di Sentulfresh Integrated Farm. Dengan profesi ini saya bisa berbagi dengan anak-anak TK, SD< SMP, bahkan mahasiwa kuliah untuk belajar tentang peternakan dan pertanian.
Selain itu, dengan profesi peternak sapi yang menghasilkan produk turunan susu dan es yoghurt, maka saya banyak berkenalan dengan UKM super yang isinya kebanyakan ibu-ibu super yang punya bisnis di bidang frozenfood. Jadilah saya di Komunitas Frozenfood Indonesia masuk sebagai anggota dan jadi “Lurah”, sebutan yang tadinya sangat asing di telinga saya, tapi lama-lama akrab juga, hehehe…
Begitulah, sedikit pengalaman saya saat menginap di Rumah Sakit PMI Pajajaran di kamar dahlia 109 bersama seorang pasien sakit usus buntu. Gara-gara kepatuk ular, saya bermalam di RS PMI.
Edisi menunggu dokter
21 januari 2016 pukul 11.18 AM