Hidup di dunia ini hanya sementara. Ungkapan itu seringkali kita temui manakala kita membaca mengenai topik tadabur alam, ataupun topik mengenai mati.
21 januari 2016 pada siang hari pukul 14.00 WIB, saya memasuki Rumah Sakit PMI Bogor. Namanya saja rumah sakit, jadi kita sedang berkunjung ke rumah dimana di tampung segala macam orang yang sakit. Baik itu sakit keras ataupun sakit ringan. Baik itu sakit hati ataupun sakit gigi.
Saya saat itu dihadapkan kepada kondisi tidak berdaya. Dokter memvonis saya untuk menginap di rumah sakit dikarenakan penyakit yang saya derita : di patuk ular. Dari diagnosa sementara dan dari analisa dokter berdasarkan pengalaman beliau menangani pasien terpatuk ular, umumnya pasien harus menginap minimal 3 hari dan maksimal 5 hari. Di atas itu adalah pasien yang sakit berat, utamanya terpatuk ular cobra.
Bahasan kali ini bukan menyoroti sakit terpatuk ular, melainkan adalah saya mencoba mengamati perilaku orang di sekeliling saya terkait dengan urusan akhirat, yaitu kewajiban utama orang Muslim : Shalat 5 waktu.
Shalat 5 waktu selama satu hari yaitu shalat Subuh/Fajar, Zuhur, Ashar, Magrib, dan Isya merupakan KEWAJIBAN seorang muslim terhadap Rabb-Nya. Kewajiban itu melekat erat tatkala seseorang disebut Baligh, sehingga pada saat itu sesorang yang baligh/dewasa sudah terkena hukuman wajib shalat. Jika dia tidak shalat maka hukumnya adalah Dosa.
Shalat adalah tiang agama. mengapa disebut tiang agama? Karena shalat adalah salah satu identitas Muslim yang berbeda dengan yang non Muslim. Jika seseorang Muslim mengabaikan perintah shalat, mengulur-ulur waktu shalat, apalagi meninggalkan shalat wajib 5 waktu tersebut, maka otomatis dia tidak mendirikan tiangnya agama.
Seperti apa bangunan rumah tanpa tiang? Apakah manusia mampu menciptakan bangunan tanpa tiang, sebagaimana halnya dengan Rabb sang pencipta yang menciptakan langit tanpa tiang? Tentulah manusia yang fakir ini tidak akan dapat membangun rumah tanpa tiang.
Selain sebagai tiang agama, shalat adalah rukun Islam yang kedua setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. sebuah kalimat persaksian sebagai seorang insan yang fakir yang meng-Esa-kan Allah dan persaksian bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah.
Apa hubungannya antara shalat dan “kunjungan mendadak” saya ke rumah sakit selama 1 hari 1 malam tersebut?
Saudaraku… tulisan ini bukan untuk menghujat siapa-siapa. Tulisan ini hanya sekadar mengingatkan diri saya yang hina ini yang masih miskin ilmu dan tidak berdaya tanpa kuasa Allah. Tulisan ini juga diupayakan untuk mengingatkan saudaraku Muslim dimanapun anda berada, bahwasanya kewajiban Shalat 5 Waktu yang melekat pada diri seorang Muslim seringkali dilalaikan tatkala kita sedang di rawat atau menunggu si sakit.
Ketahuilah bahwa seorang Muslim, meskipun dalam keadaan sakit, WAJIB Shalat, meskipun hanya sekadar bisa menggerakkan kedua bola matanya. Sehingga yang menunggu si sakit diwajibkan untuk mengingatkan muslim yang sedang dirawat untuk shalat.
Beberapa kali saya amati, termasuk diri saya sendiri, bahwa untuk menunaikan shalat itu seringkali agak berat. Alasan utama adalah pakaian kotor, tempat shalat nya jauh, mau shalat di kamar sempit dan beragam alasan lainnya.
Wahai saudaraku… tatkala perasaan itu hinggap di hati kita, maka dengan serta merta syaitan akan berupaya keras menggoda kita untuk meninggalkan kewajiban itu. kewajiban shalat itu sedemikian pentingnya sehingga Allah selalu mengulang-ulang perintah shalat. Perintah shalat seringkali digandengkan dengan perintah untuk bersabar. Karena untuk bisa shalat tepat waktu, memang kita harus bersabar juga. Sabar dan Shalat termasuk hal yang utama bagi seorang Muslim Sejati.
Mudah-mudahan tulisan singkat dan dangkal ini bisa mengingatkan penulis untuk terus rendah hati untuk mengakui bahwa dirinya tidak sempurna. Juga mudah-mudahan bisa menggelitik hati saudaraku muslim dimana pun anda berada yang bisa membaca tulisan ini untuk selalu bersabar dan Shalat. Ketahuilah bahwasanya Allah itu dekat.
#Muhasabah_diri. #Self_correction #shalat_lima-waktu #sabar_dan_shalat. #jangan_sombong
Cijulang, 22 januari 2016