Bagaimana Langkah Awal untuk Menjadi Peternak?
Pertanyaan di atas hadir di benak saya tatkala pada tahun 2003 saya mulai meng-handle bisnis keluarga di Sentul yang pada saat itu masih bernama Fish and Chicken Farm.
Di Akhir tahun 2002 saya mengajukan diri untuk resign dari perusahaan tempat saya bekerja, PT Dupont Indonesia, dimana saya sudah sekitar 6.5 tahun bekerja di situ. Memulai karir sebagai Sales Representative kemudian menjadi Sales Assistant, kemudian terakhir menjadi District Agronomist di perusahaan yang sama.
Banyak suka dan duka yang saya alami selama bekerja 6,5 tahun tersebut. Tentu saja, diantara dukanya lebih banyak suka. Teman-teman di Pioneer, kami sering menyebutnya demikian meskipun perusahaan berubah nama menjadi DuPont, sudah seperti keluarga besar saya di luar keluarga inti.
Pengalaman meng-handle sales penjualan jagung, membantu adminsitrasi dan mem-backup pekerjaan di District Lampung sebagai sales assistant dan memberikan penyuluhan pertanian, khususnya penyuluhan bagaimana bercocok tanam yang baik untuk komoditas jagung ber-merk Pioneer menjadikan saya mengenal beberapa karakter manusia, khususnya petani.
Semua pengalaman di atas sangat menunjang wawasan saya dalam menghadapi masa transisi menjadi peternak. Lho.. kog masa transisi?.
Ya… itulah pengalaman baru bagi saya karena diminta oleh orang tua istri mengurus peternakan ayam yang berada di sentul, tepatnya di Kampung Cijulang desa Cadasngampar kec Sukaraja Bogor. Mengurus peternakan ayam broiler merupakan pengalaman baru yang sangat menantang bagi saya. Karena di sini saya akan diuji apakah mampu menjaga amanah, apakah saya mampu atau tidak.
Bagaimana Langkah Awal untuk Menjadi Peternak? Langkah pertama yang saya lakukan adalah melakukan pekerjaan di kandang ayam, mulai dari persiapan kandang, persiapan semawar (pemanas) minyak tanah, persiapan brooding, hingga fase pemeliharaan dari awal sampai akhir.
Awalnya memang membosankan. bagaimana tidak?. Saya yang setiap hari keliling Lampung, melihat lahan jagung, observasi trial jagung, penyuluhan, eh ternyata saat itu ngendon di peternakan yang sepi dan terpencil jauh dari rumah penduduk. Semua itu saya jalani, alhamdulillah dengan semangat dan dapat saya lalui dengan mulus.
Selain mengurus peternakan dari A-Z, langkah kedua yang saya lakukan adalah mencari link atau simplenya adalah belajar dari peternak lain. Karena saya notabene adalah peternak baru dan baru datang di Bogor, otomatis pengetahuan saya tentang bisnis ayam masih sangat terbatas sekali. Koneksi pertama saya datangnya dari relasi ibu mertua, yaitu peternak ayam yang bernama pak Sigit.
Pak Sigit, yang saat sekarang menjabat sebagai ketua PPUN (Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara), menjual sapronak dan menjual hasil panen ayam kami. Dari beliau saya mengenal asosiasi perunggasan. kemudian saya berkenalan dengan bapak H Setya Winarno, seorang peternak senior yang ramah dan sangat mau berbagi ilmu soal ternak ayam broiler dari A sampai Z. Langkah kedua ini saya nilai penting, karena mereka yang saya sebutkan diatas boleh dikatakan sebagai “Mentor Berjalan” saya, sehingga jika saya ada kesulitan saya bisa bertanya dengan beliau tersebut.
Langkah ketiga adalah belajar dari buku, seminar, internet, dll. Mengapa ini saya taruh di langkah ketiga?. Ya.. karena jika kita letakkan ini di awal, boleh jadi mungkin sampai sekarang saya tidak menjadi peternak. Tidak berani melakukan sesuatu dan tidak berani taking a risk.
Belajar tetap perlu. Karena dengan modal ini saya bisa back to basic dan on the track alias gak ngawur kemana mana.
Saya rasa itu dulu yang bisa saya share sebagai langkah awal bagaimana pengalaman pribadi saya sewaktu dulu Dicemplungkan menjadi peternak ayam. Berikutnya akan saya share pengalaman bagaimana meng-handle bisnis ayam yang high risk high return ini,
Salam Sentulfresh.