Pertanyaan diatas saya ajukan kepada diri saya sendiri tatkala harga ayam hidup (harga di kandang) terus naik dan turun, sementara nilai Indeks Produksi (IP) nya di bawah 300, bahkan ada yang dibawah 250.
Berat. Itu jawaban yang hadir di benak saya pada saat itu.
Di saat IP broiler dengan kapasitas terpasang 54 ribu ekor rendah dan di saat yang sama saya harus membangun kembali team baru yang belum “tune in” dengan style saya, maka kami memulai pencaharian bisnis baru. Pilihan jatuh kepada bisnis sapi perah.
Ide usaha ternak sapi perah diperoleh bapak dari teman sejawat beliau yang sudah memulai terlebih dahulu di Kawasan Usaha Ternak (Kunak) Leuwiliang. Dari prokpektus bisnis di atas kertas yang sangat bagus, sampai performance selamat tahun pertama yang excellent, membuat bapak tergerak untuk terjun di usaha sapi perah.
Mengapa sapi perah? Karena dengan ternak sapi perah kita mendapatkan uang tiap hari. Artinya, hasil usaha sapi perah yang utama adalah susu sapi. Susu sapi di perah dua kali dalam sehari (pagi dan sore). Karena produksi tiap hari pagi dan sore, maka peluang untuk mendapatkan uang cash pagi dan sore pun terbuka lebar.
Begitulah, hal ikhwal saya terjun menangani usaha sapi perah. Kebetulan Yang bukan Kebetulan.
Kembali ke usaha penggemukan ayam potong atau Broiler.
Saat ini sudah banyak peternak ayam broiler mandiri yang memiliki kapasitas kecil sudah “Gulung Kandang”. Bukan gulung tikar lagi. Atau istilah kerennya : lempar handuk putih alias menyerah untuk tutup usaha atau beralih usaha.
Banyak faktor yang menyebabkan peternak rakyat mandiri gulung kandang. Saya hanya menyoroti beberapa faktor saja, dilain waktu bisa kita bahas lagi.
Faktor pertama adalah EFISIENSI PRODUKSI.
Dengan meng-efisiensikan produksi di kandang, maka BEP (break even point) peternak akan kecil. Artinya dengan fluktuasi harga yang relatif tajam dan rendah, maka jika nilai BEP kandang rendah maka harga di kandang masih bisa bersaing dengan posko atau harga riil pasaran saat itu.
Saat ini sudah banyak kandang peternak mandiri yang memiliki Indeks Produksi (IP) diatas 400. Pada tahun 2003- 2019, IP sebesar 300-350 sudah menjadikan peternak mandiri senang dan bisa meraup untung yang besar. Tetapi di tahun belakangan ini, IP 300 ini sudah dianggap kecil dan harus di upgrade menjadi IP 400 ke atas.
Bagaimana sistem perkandangan yang mendukung untuk mencapai IP diatas 400?
Ini yang selalu menghantui peternak rakyat mandiri bagaimana meng-upgrade kandangnya dari kandang open house menjadi kandang closed house.
Apakah dengan kandang open house, IP 400 tidak bisa tercapai?. jawabannya adalah bisa tercapai. Tetapi kandang yang demikian adalah kandang open house dengan kondisi lingkungan dan manajemen perkandangannya bagus sekali atau sangat ideal.
Banyak kandang di tengah persawahan, dengan management yang baik bisa menghasilkan IP 400. tetapi yang lebih banyak lagi adalah kandang rakyat yang “hidup segan mati tak mau”. Alias dengan perkandangan seadanya, bambu atau kayu yang sudah reyot sana sini, di kiri dan kanan berdampingan dengan rumah penduduk sehingga sirkulasi udara tidak bagus dan masih banyak faktor lagi sehingga memang kandang open house kebanyakan peternak saat ini harus sudah di upgrade segera.
Faktor kedua yang tidak kalah pentingnya adalah Faktor Internal yaitu DOC dan Pakan.
DOC adalah singkatan dari Day Old Chicken, ayam umur satu hari. DOC ini diproduksi oleh perusahaan penyedia DOC dengan jenis atau strain unggul. Disebut unggul karena DOC saat ini memang di desain utk tumbuh cepat, tahan penyakit, dan mortalitas kecil.
DOC yang ideal sebenarnya tidak ada. Mengapa? Karena terkadang jika strain unggul itu di push untuk cepat gemuk, maka faktor penyakit atau daya tahan tubuh terhadap lingkungan biasanya akan kurang. Jadi DOC unggul yang memiliki potensi hasil tinggi dan umur pendek harus memiliki kondisi lingkungan yang ideal.
Untuk itulah dibutuhkan kandang Closed House yang relatif lebih bisa di atur kondisi idealnya.
Bagaimana dengan Pakan?
Pakan ayam broiler juga dihasilkan oleh perusahaan penyedia pakan ternak. Mereka memiliki spesialisasi menghasilkan jenis pakan yang unggul untuk strain tertentu atau untuk seluruh strain yang ada.
Pakan ayam ini memiliki peran penting. Mengapa? Jelas sudah bahwa ayam broiler ini di push untuk makan, makan dan makan terus sepanjang hidupnya sehingga dia cepat bongsor dan cepat dipanen.
Pakan yang baik adalah pakan yang jika dikonsumsi oleh ayam akan dikonversi menjadi daging lebih dengan nilai FCR yang rendah. FCR adalah singkatan dari Feed Conversion Ratio.
Pakan yang baik juga memiliki kandungan gizi yang tinggi baik itu protein, lemak, karbohidrat dan beberapa parameter gizi yang baik sehingga bisa menghasilkan FCR score yang rendah.
Nah… disini sering terjadi error di tingkat peternak. Maksudnya adalah, seringkali pakan yang tersedia di pasaran memiliki nilai gizi yang tidak cukup untuk mem-boost strain broiler unggul untuk cepat tumbuh. Alhasil bukannya menghasilkan ayam yang cepat gemuk dan sehat, malahan FCR akan membengkak.
FCR membengkak akan menyebabkan nilai BEP per kilogram ayam akan naik. Akibat lanjutannya adalah terjadi in-efisiensi produksi. Jadi ayam makanya banyak, tetapi yang di konversi menjadi daging sedikit.
Mengapa pakan sering “mengayun”?. Istilah ngayun ini seperti bandul, kadang naik (bagus), terkadang turun (jelek).
Banyak faktor yang menyebabkan suatu pakan tidak stabil mutunya. Lebih jelasnya pembaca bisa langsung wawancara dengan sales perusahaan pakan. Dijamin mereka tidak akan open kepada anda.
Yang lebih baik adalah “Ask to the chicken”. Tanyakan kepada ayam. Maksudnya jika pakannya bagus, maka response ayam pun akan baik alias dia cepat gemuk dengan waktu yang relatif singkat. Perusahaan pakan tidak bisa mengelak jika di survei secara sampling nilai produksi dari beberapa farm menunjukkan angka yang semakin jelek, maka disaat itulah perusahaan pakan harus menyesuaikan formulasi pakannya sehingga mutu pakan bisa naik kembali.
Itu saja dulu yang bisa saya tulis dalam kesempatan kali ini.
Saya bukan sarjana peternakan, juga bukan dokter hewan. Saya hanyalah peternak rakyat mandiri yang pernah memiliki populasi 50 ribu ekor di hanya satu lokasi saja, yang saat ini kapasitas produksi saya hanya 10 ribu ekor saja.
Jika pembaca adalah peternak, saran saya jangan mengeluh. Carilah jalan bagaimana agar kandang kita bisa efisien. Jika tidak efisien juga, maka carilah jalan bisnis yang lain. Karena jika anda tidak cari jalan main, saya bisa pastikan anda akan mengeluh, mengeluh dan terus mengeluh saja. menyalahkan lingkungan sekitar yang sebenarnya tidak mau tahu dengan nasib anda.
Ya… nasib anda ada di tangan anda sendiri, bukan di tangan perusahaan DOC atau perusahaan pakan. Juga nasib anda bukan di tangan pemerintah.
STOP MENGELUH. Hadapi kenyataan pahit ini dan ber-metamorfosislah. Banyak kisah sukses diluar dan kita bisa mencontoh dan memodifikasinya dengan baik
Salam peternak ayam,
Sentulfresh, 5 mei 2018