Salah satu kenikmatan saya menjadi orang tua angkat dari para santri yang mukim 24 jam di Pesantren Tahfidz Akbar ini adalah mendengarkan bacaan para santri penghafal Qur’an pada saat mereka menjadi imam selama shalat 5 waktu.
Ada 2 orang santri yang suaranya merdu dan enak di dengar. Bukan berarti yang lain kurang bagus. Tidaklah demikian. Sesungguhnya orang yang menghafal Al Qur’an dan mengamalkannya, Insha Allah memiliki maqam yang luarbiasa tingginya, disaat semua orang ketakutan pada hari dimana tidak ada seorangpun yang tidak mengkhawatirkan apakah amalannya cukup untuk mengantarkannya ke Surga.
Disiplin tinggi yang diterapkan ustadz kepada para-santri sehingga mereka wajib menghafal 1 halaman selama 1 hari, mendidik mereka menjadi militan dan cinta kepada Al Qur’an. Tidak sedikit rasa bosan itu menghinggapi mereka, sehingga memang perlu environment yang mendukung mereka agar tetap istiqomah dalam menghafal Al Qur’an selama bertahun-tahun.
Menjadi imam pada shalat wajib adalah salah satu tantangan bagi mereka untuk lebih baik dalam melafadzkan ayat-ayat suci Al Qur’an. Selain memang harus hafal, mereka pun dituntut baik dalam tajwid nya dan keberanian untuk tampil.
Adalah santri baru, namanya Ikhlas. Ia pernah nyantri di pesantren tahfidz Az Zikra di Sentul City. Ia sudah memiliki cukup banyak hafalan sebelum masuk ke Pesantren Akbar. Di sini semua santri di tuntut untuk menghafal ulang dan murojaah hafalan nya mulai dari juz 1 lagi.
Ikhlas berperawakan sedang. Dengan penampilan yang kalem dan tenang, ia memang cocok menjadi penghafal Al Qur’an. Memiliki modal 5 juz dan pernah nyantri membuat Ikhlas tidak canggung bergaul dengan para santri lain. Suaranya merdu dan jelas intonasinya. Dan satu hal, ia memang PEDE untuk menjadi imam.
Kepercayaan diri yang tinggi memang dibutuhkan pada saat menjadi imam bagi makmum yang juga para penghafal Qur’an. Betapa tidak.. di saat ia nanti salah mengucapkan lafadz ayat, maka akan langsung diperbaiki oleh santri atau makmum yang mengikutinya. Bukan berarti ia jelek, tetapi menjadi imam membutuhkan mental yang kuat. Sehingga tak jarang, para penghafal Qur’an yang sudah memiliki hafalan banyak, dituntut untuk bisa menjadi imam di shalat 5 waktu. Dan itu adalah latihan bagi dia untuk memperkuat hafalannya.
Saya selalu merinding jika mendengar bacaan imam yang lembut dan syahdu. Bacaan yang menyayat hati karena di sertai dengan penghayatan yang dalam. Sungguh…. sangatlah sulit untuk merasakan kenikmatan tersebut, terlebih pada shalat wajib. Jika itu terjadi, tak jarang kita akan meneteskan airmata mendengar bacaan dari imam tersebut. Begitulah kenikmatan shalat berjamaah.
Musholla Baitur-rahma yang didirikan oleh kakek M Akbar Rasyid, alhamdulillah selama 2 bulan ini selalu ramai dan di makmurkan oleh para santri penghafal Al Qur’an. Meskipun hanya berjumlah 12 orang, tetapi musholla kami selalu semarak karena aktivitas rutin berjamaah dan mengaji di dalam Musholla. Alhamdulillah.