Selasa 18 Maret 2014 adalah salah satu hari bersejarah bagi Akbar karena pada hari itu dia memulai belajar berdagang es yoghurt di sekolahnya dengan jumlah yang lumayan banyak, 20 pax es yoghurt dengan merk SENTULFRESH.
Sebenarnya itu bukanlah kali pertama Akbar, nama panggilan akrab dari Muhammad Akbar Rasyid, untuk belajar berdagang. Saat Akbar menginjak kelas 3 SD di SD Islam Ibnu Hajar Bogor, dia sudah diwajibkan untuk berdagang dalam acara market day. Pada hari itu Akbar terlihat uring-uringan. Maklumlah, dia memang tidak pernah dagang beneran alias tidak pernah dengan sukarela meminta kepada kedua orangtua nya untuk berdagang.
Singkat cerita, Akbar kecil membawa es yoghurt dengan merk Sentulfresh, produksi dari Sentulfresh Dairy Farm, sebanyak 10 pax. Alhamdulillah… Tanpa bersusah payah dagangan nya laku. Kami surprise juga melihat hal tersebut. Ternyata anak kami mempunyai bakat dagang juga. Usut punya cerita, beberapa es yoghurtnya ternyata dibeli oleh guru kelas Sebanyak 2 pax. Tak apalah… Yang penting dia sudah berupaya menjual es yoghurtnya. Dan itu bagi saya adalah suatu prestasi besar. Bukan nominalnya yang saya cari, tapi semangat ber wirausaha itulah yang hendak saya tanamkan ke benak anak pertama saya itu.
Kembali ke cerita awal dimana Akbar menjual es yoghurt untuk kedua kalinya. Ada kisah menarik sebelum episode belajar dagang es yoghurt ini berlangsung. Beberapa hari terakhir ini Akbar disibukkan dengan keinginan yang meluap-luap untuk membeli kartu Animal Kaiser. Bentuk kartunya sih biasa saja, seperti kartu remi. Tetapi karena kawan sekelasnya banyak mengkoleksi kartu tersebut, Akbar ikut-ikutan senang dan dia merengek-rengek minta dibelikan kartu plus album nya sekaligus. Sebagai bapak yang baik saya membelikan nya 2 pax kartu senilai 50,000 rupiah.
Alih-alih Akbar senang dengan mainan barunya, dia minta dibelikan lagi. Nah…ini masalahnya. Jika saya belikan lagi maka itu akan berulang kembali, dia akan minta dibelikan terus. Supaya tidak meminta terus, saya dan mamanya meminta dia untuk belajar berdagang es yoghurt di sekolah. Kontan saja Akbar menolak dengan keras. Dia tidak setuju. Malu katanya. Ya sudah… Saya tetap konsisten untuk tidak membelikan, temasuk mamanya juga begitu. Kami berdua kompak untuk menolak membelikan dengan uang cash.
Akhirnya melihat kekompakan kami bedua dan didorong keinginan kuat untuk membeli kartu animal Kaiser, maka Akbar menyerah kalah. Kita sepakat bahwa pada hari tersebut Akbar akan menjual es yoghurt dan hasil penjualannya digunakannya untk membeli apa saja yang dia mau.
Akhirnya terciptalah ending story yang mendebarkan saya dan istri. Akbar BERHASIL menjual semua es yoghurt yang dibawa. Tak tanggung tanggung… 20 pax sekaligus. Uang yang didapat sebanyak 100,000 rupiah sebagian digunakan untuk membeli kartu tersebut di toko mainian yang terletak di Sukasari Bogor.
Demikianlah akhir cerita manis Akbar berdagang es yoghurt. Saya berdoa bahwa mudah-mudahan ini adalah awal bagi dia untuk menyenangi profesi berdagang. Ternyata memberikan uang dengan begitu saja tanpa embel-embel mendorong anak berdagang sendiri akan memberikan dampak yang sangat membekas di hatinya. Sudah kah kita para orangtua mulai mendorong anak kita dengan memberikan “kail” ketimbang memberikan “ikan” secara cuma-cuma?.
yuuuk… Kita ciptakan generasi muda, mulai dari usia dini untuk dididik menjadi pengusaha yang sebenar-benar nya.
salam hangat,
Zulham Ariansyah